Rusia sedang menghadapi bahaya demografi. Jumlah penduduk perempuannya jauh melebihi laki-laki. Bahkan, dari 145 juta penduduk Rusia, sekitar 10 juta penduduk wanitanya tidak menikah.
Melihat ketimpangan komposisi penduduk itu, tak heran bila di eks negara Uni Soviet itu kemudian muncul usulan menerapkan poligami yang diatur secara resmi oleh negara. Adalah Vladimir Zhirinovsky, anggota parlemen Rusia yang melemparkan usulan tersebut. Dia sudah menyampaikan idenya itu kepada Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
''Di Rusia, 30 persen bayi terlahir di luar nikah. Jika seorang lelaki mendapatkan hak untuk mendaftarkan pernikahannya dengan wanita kedua yang telah melahirkan, tanpa bercerai dengan isteri pertamanya, dengan alasan lelaki tersebut menghormati isteri pertamanya dan tidak ingin rumah tangganya runtuh, maka kami akan turut bertanggung jawab atas keluarga isteri kedua,'' cetus Zhirinovsky seperti dikutip oleh kantor berita RIANovosti. ''Kita harus melegalisasikan status hubungan perkawinan ini.''.
Melalui poligami, Ketua Partai Demokrasi Liberal Rusia (LDPR) ini sebenarnya juga menginginkan agar tingkat kelahiran di negaranya dapat ditingkatkan. Sejak beberapa tahun terakhir, Rusia dihantui oleh minimanya angka kelahiran bayi. Keluarga di sana lebih memilih untuk hanya memiliki satu anak dengan alasan biaya hidup yang tinggi.
Karena itu pula, Zhirinovsky mengusulkan pula agar pemerintah memberikan insentif khusus (bonus) sebesar 100 ribu rubel (sekitar 3,3 ribu dolar AS atau sekitar RM 11ribu) kepada keluarga atau wanita yang mempunyai anak pertama.
Saat ini, Rusia telah memberikan insentif sebesar 300 ribu rubel untuk setiap kelahiran anak kedua. ''Mari kita realisasikan bonus 100 ribu rubel atas kelahiran anak pertama.
Saya yakin, bahwa dengan begitu, sebagian wanita yang semula ingin melakukan pengguguran, mereka akan membatalkan niatnya dan lebih memilih melahirkan bayinya,'' jelasnya.
Kini, Rusia kekurangan laki-laki dan lebih banyak perempuannya. Usulan Zhirinovsky ini sejalan dengan aksi Perdana Menteri Chechnya, Ramzan Kadirov, yang juga telah mengajukan proposal dilegalkannya poligami.
Disebutkan bahwa dalam beberapa kali perang, laki-laki Chechnya telah berkurang sekitar 10 persen. Akibatnya, kini lebih banyak wanita di Chechnya. ''Setiap laki-laki dapat bebas memilih kehidupannya. Dia adalah seorang pemimpin dalam lingkungannya.
Dan, saya kira, kehidupan peribadinya tidak boleh diintervensi (oleh siapapun),'' cetus Kadirov.
Mengamini apa yang disampaikan Kadirov, Vladimir Zhirinovsky mengatakan, ''Lihat, sekarang kita memiliki 10 juta wanita Rusia yang tidak menikah.'' Saat ini, pemerintah Rusia masih memberlakukan aturan monogami dan melarang dilakukannya poligami.
Khabarnya, banyak warga yang melakukan poligami secara diam-diam, entah karena keperluan atau karena ketimpangan demografis yang menakutkan itu.
Melihat ketimpangan komposisi penduduk itu, tak heran bila di eks negara Uni Soviet itu kemudian muncul usulan menerapkan poligami yang diatur secara resmi oleh negara. Adalah Vladimir Zhirinovsky, anggota parlemen Rusia yang melemparkan usulan tersebut. Dia sudah menyampaikan idenya itu kepada Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
''Di Rusia, 30 persen bayi terlahir di luar nikah. Jika seorang lelaki mendapatkan hak untuk mendaftarkan pernikahannya dengan wanita kedua yang telah melahirkan, tanpa bercerai dengan isteri pertamanya, dengan alasan lelaki tersebut menghormati isteri pertamanya dan tidak ingin rumah tangganya runtuh, maka kami akan turut bertanggung jawab atas keluarga isteri kedua,'' cetus Zhirinovsky seperti dikutip oleh kantor berita RIANovosti. ''Kita harus melegalisasikan status hubungan perkawinan ini.''.
Melalui poligami, Ketua Partai Demokrasi Liberal Rusia (LDPR) ini sebenarnya juga menginginkan agar tingkat kelahiran di negaranya dapat ditingkatkan. Sejak beberapa tahun terakhir, Rusia dihantui oleh minimanya angka kelahiran bayi. Keluarga di sana lebih memilih untuk hanya memiliki satu anak dengan alasan biaya hidup yang tinggi.
Karena itu pula, Zhirinovsky mengusulkan pula agar pemerintah memberikan insentif khusus (bonus) sebesar 100 ribu rubel (sekitar 3,3 ribu dolar AS atau sekitar RM 11ribu) kepada keluarga atau wanita yang mempunyai anak pertama.
Saat ini, Rusia telah memberikan insentif sebesar 300 ribu rubel untuk setiap kelahiran anak kedua. ''Mari kita realisasikan bonus 100 ribu rubel atas kelahiran anak pertama.
Saya yakin, bahwa dengan begitu, sebagian wanita yang semula ingin melakukan pengguguran, mereka akan membatalkan niatnya dan lebih memilih melahirkan bayinya,'' jelasnya.
Kini, Rusia kekurangan laki-laki dan lebih banyak perempuannya. Usulan Zhirinovsky ini sejalan dengan aksi Perdana Menteri Chechnya, Ramzan Kadirov, yang juga telah mengajukan proposal dilegalkannya poligami.
Disebutkan bahwa dalam beberapa kali perang, laki-laki Chechnya telah berkurang sekitar 10 persen. Akibatnya, kini lebih banyak wanita di Chechnya. ''Setiap laki-laki dapat bebas memilih kehidupannya. Dia adalah seorang pemimpin dalam lingkungannya.
Dan, saya kira, kehidupan peribadinya tidak boleh diintervensi (oleh siapapun),'' cetus Kadirov.
Mengamini apa yang disampaikan Kadirov, Vladimir Zhirinovsky mengatakan, ''Lihat, sekarang kita memiliki 10 juta wanita Rusia yang tidak menikah.'' Saat ini, pemerintah Rusia masih memberlakukan aturan monogami dan melarang dilakukannya poligami.
Khabarnya, banyak warga yang melakukan poligami secara diam-diam, entah karena keperluan atau karena ketimpangan demografis yang menakutkan itu.
6 Ramadhan 1431 H
Oleh: KALIMAJARO I
No comments:
Post a Comment